*kok komennya cuma itu?
Ya karena film ini berkembang menjadi ajang adu akting yang matang dari mereka.sungguh-sungguh matang. Sayang sekali film ini tidak seberuntung the Fighter (2010), yang memadukan dengan sukses 4 aktor-aktrisnya dan akhirnya memangkan Oscar.
Sekali lagi, kembali naskah film ini membebaskan ruang gerak ketiga tokoh utama diatas dalam banyak setting, dan semuanya berhasil. Kisah tahun 1950-an mengenai seorang yang disebut Master (Hoffman) yang menyebarkan semacam ajaran untuk motivasi , yang cenderung mengarah ke hipnosis, harus mendapatkan tantangan untuk menyembuhkan kondisi seorang yang emosinya tidak stabil, yang diperankan oleh Phoenix tentunya.
Keinginan untuk membicarakan lagi kualitas akting sepertinya harus ditahan , karena bisa-bisa jadi sangat panjang. Namun, film ini adalah sebuah perjalanan, sebuah usaha, sebuah kebohongan, sebuah tekanan batin dan psikologi. Dicampur , divisualisasikan melalui... *once again* seluruh energi aktor-aktrisnya. Jadi seperti tahun 2010 saya keluar dari bioskop dengan rasa puas menonton kualitas akting di film the Fighter, tahun ini saya mengalami hal serupa. Memang, cerita film ini masih kalah dengan kontender film-film terbaik di Oscar 2013, tapi cukuplah untuk Phoenix memerankan seorang yang emosional, Hoffman yang karismatik dan terlihat wise, dan Adams dengan matanya yang selalu tegas itu.
The Master (2012) :7,7/10 : it's about acting. dan cukup sudah. sayang tahun ini diganjal oleh Daniel Day lewis memerankan Lincoln dengan sempurna, dan Christoph Walz memerankan karakter yang unik dan sangat berhasil. Jika tidak ada mereka, mungkin Oscar 2013 akan seperti The Fighter di Oscar 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar